Sabtu-11
- Vania Larasati
- Jun 13, 2022
- 1 min read
Updated: May 1, 2024
Sedari kemarin kepala rasanya berat sekali. Ada beberapa hal yang butuh dibenahi dan sudah aku lakukan sebaik mungkin sesegera mungkin. Sampai sekarang tak kunjung rampung, tak kunjung usai.
Setelah tugas rumah selesai, aku duduk di teras rumah. Berduka sebentar karena dahan dan dedaunan yang membuat teduh dihabisi tuannya. Aku berdoa semoga masih ada yang enggan memayungiku kemudian.
Aku bersandar pada badan pintu, kakiku sejajar lantai tak ku tekuk. Di sampingku terdapat kopi berpangku cangkir biru, masih hangat, baru saja digiling dan diseduh. Aromanya tak mengundang semut. Biasanya pagi seperti ini sunyi, namun tidak untuk beberapa minggu terakhir. Jadi untuk pengecualian, aku putar musik. Agaknya telingaku berhak untuk memiliki teman yang membuatnya nyaman.
Selanjutnya aku hanya mengamati apa yang terlintas di depan, di atas, dan di sisi manapun pandangan jatuh. "Jelas sekali batas warna itu. Merah bata dan biru langit, daun hijau dan awan kelabu. Garis bayang, sisi tua dan yang lebih muda." Bersama mereka secara tegas menyampaikan peran yang berbeda. Sangat lugas.
Waktu itu ku sadari penuh, dialog, rencana, imajinasi, bahkan helaan napas yang sengaja dirasa. Berusaha tenang dan menaruh kepercayaan pada Tuhan atas apa apa. Membayangkan apa yang terjadi jika... Asudahlah.
Kepala dan cangkirku sudah lebih dingin dari 40 menit lalu. Semoga jiwaku tetap hangat menemani semua yang beku di kemudian waktu. Aku masuk melewati pintu, sebelum ku tutup rapat, ada yang menepuk lembut punggungku. Sinar matahari hendak ikut. Ku persilakan mereka bersemayam sebentar di antara kain pakaianku.
Comentarios