top of page
Search

Mengambil Keputusan.

  • Writer: Vania Larasati
    Vania Larasati
  • Jun 9, 2022
  • 2 min read

Updated: May 1, 2024

"Oh shut, what to wear?", "Do you like this movie or...", "Lets make zero plan for tomorrow."



Sejak Bulan April kemarin aku menyadari kalau pengambilan keputusan atas printilan-printilan hidupku masih melibatkan kemungkinan 'adanya orang lain'. Dengan mengatasnamakan "barangkali dia suka" atau "barangkali besok kita keluar", aku jadi buang-buang waktu dan menomorduakan aku. Agak disayangkan karena aku menaruh sesuatu dalam 'kemungkinan', sementara selama ini aku benci sekali sama ketidakpastian, maybe that's why. Tapi kembali lagi, ikhlas. Setiap satu persatu kemungkinan tertutup dengan tirai kekecewaan, aku selalu mengingat 'ikhlas o, ini buat kamu, bukan orang lain'. Apa yang sudah dilakukan ya sudah, tinggal cari jalan buat kedepannya supaya lebih baik.


Mengambil keputusan makin ke sini, makin egois rasanya. Entah karena kecewa atau yang lain. Ruang pikir rasanya makin sempit, hanya berputar di 'apa yang aku butuhkan.' Bukan sesuatu yang salah, aku rasa orang lain melakukan hal sama dalam keadaan tertentu. Justru ini membenahi pola pikirku. Mengenai siapa yang berhak atas hal-hal terkait keputusan, yang terdampak dan terlibat. Ruang yang tadinya sempit justru sekarang terasa cukup.


Sepertinya hanya perlu menengok siapa yang butuh 'dihormati' dan bagaimana caranya. 'Siapa yang paling butuh?' Oh, ini bisa mematikan, tapi aku tau Tuhan tau. Misalnya mengenai bimbingan, sudah 2x aku membiarkan jadwal bimbingan kosong akan namaku. Jika dipukul rata, semua sama-sama butuh bimbingan itu. Tapi semenjak tau ada target yang harus dikejar kelompok tertentu, ya biarkan mereka dahulu, aku agak belakang tidak masalah. Kalau dipikirkan lagi ya betul! Rugi di aku, tapi yasudahlah wong ya nggak ada salahnya, nanti kalau waktunya pasti tidak akan 'dilewatkan'.


Tentu ada harapan dan ekspektasi di setiap kemungkinan yang aku sengajakan. Tapi jika ada penyesalan dikemudian hari, semoga yang dulu bukan bentuk kebodohan. Selagi keputusanmu bisa membantu orang, kenapa tidak? Selama ini hidupku dan keluarga juga banyak dibantu orang. Semoga jadi kebaikan pula bagi mereka.



 
 
 

Recent Posts

See All
Take me back when...

Im exhausted, oh i wish i were exaggerating. People say time will heals, but what if it doesn't? Because everyday is more and more...

 
 
 
drowning tides.

Di matamu aku bergerak, terombang ambing bersama gugusan cerah lainnya. Tetap pikiranku tertuju pada jelmaan gelap di perjalananku....

 
 
 

Kommentarer


© 2020 oleh HERVANIA SALMA LARASATI. 

  • Twitter
  • Instagram
bottom of page