top of page
Search

Dari aku, Untuk aku, Oleh aku.

  • Writer: Vania Larasati
    Vania Larasati
  • Jun 14, 2020
  • 1 min read

Updated: May 1, 2024

Sinarnya merambat di lorong gelap.

Menerpa, menyentuh, dan meraba dindingnya yang dingin.

Udara jernih tak membuatnya menggigil dan berhenti.

Sebagaimana kubangan air memantulkan sinar rembulan.

Seperti nyanyian surga, napasnya.

Bentuk harmoni dari bising, sunyi, dan yang terjebak di antaranya.

Nadinya yang membentuk sungai sungai kecil terbaring di balik pakaiannya.

Deras dan tenang, membuatku teringat akan sungai tempat aku hampir mati dan tenggelam.

Karena di antara mereka, ada damai yang dibawanya.

Kulitnya cantik pun terang, tipis pun halus.

Seperti ketika melihat langit dan awan saat melamun.

Luas terhampar, namun satu.

Setipis warna biru yang menyelimuti.

Seringan awan yang berlari kesana kemari.

Kemudian rambutnya.

Seperti cahaya tiara hitam yang sembunyi di palung Mariana.

Sebab ia tahu, sesuatu yang indah tak perlu meminta perhatian.

 
 
 

Recent Posts

See All
Take me back when...

Im exhausted, oh i wish i were exaggerating. People say time will heals, but what if it doesn't? Because everyday is more and more...

 
 
 
drowning tides.

Di matamu aku bergerak, terombang ambing bersama gugusan cerah lainnya. Tetap pikiranku tertuju pada jelmaan gelap di perjalananku....

 
 
 

Comments


© 2020 oleh HERVANIA SALMA LARASATI. 

  • Twitter
  • Instagram
bottom of page