Be My Guest
- Vania Larasati
- Feb 10, 2023
- 1 min read

Menjadi persinggahanmu, apa tugasku selain menjagamu;
dalam setiap lakumu, pada setiap waktu yang kau utus?
Saya harus siap sedia;
menyediakan wujud dari verbal dan gimik yang kamu getarkan.
Saya tidak berani mengucap sumpah serapah pada jam dinding itu,
atau jam tangan mahal di pergelanganmu.
Bahkan waktuku tidak seberharga itu.
Melirikmu dengan tunduk; saya tidak mau membuang detikmu.
Saya tenang; menunggu hasratmu.
Mintalah sesuatu, saya akan siapkan semuanya di dapur.
Telah kusediakan ruang paling luas dan rapih.
Beristirahatlah, sembari kukerjakan semua sampai bersih.
Terpikirkan olehku soal kepergianmu yang menanti;
tidak membuatku berhenti.
Soal pedihnya ketidakhadiranmu yang menunggu.
Ketika kau sampaikan selamat tinggal sejak kau bertamu;
Tidak berani menyambut pun mempertanyakan dengan pikiran cemburuku;
Darimana kamu, bagaimana perjalananmu, apa urusanmu.
Siapa temanmu? siapa yang menjemputmu? siapa temanmu? dia temanmu?
Kuasaku yang sebatas pintu;
Mempersilakan duduk dan menjamu, mengambil selimut.
Meniupkan teh dan merebus telur;
hingga sementara kau tertidur.
Walau dengan keadaan ini,
layaknya seorang hamba yang pasrah tentulah terpikir apa-apa.
Sebagaimana insan bersedih, tetaplah suaraku menjadi serak.
Semoga kamu selalu aman, dimana kamu berada, bahagialah kamu membuatnya.
Sebagaimana aku terjaga dan menerima keadaanmu yang apa saja.
Jadi benar cinta menghendaki segalanya.
Kamu bisa mempedulikan apa saja, menurutnya tidak ada salahnya.
Commentaires