top of page
Search

HOME

  • Writer: Vania Larasati
    Vania Larasati
  • May 1, 2024
  • 1 min read

"Rumah adalah dimana aku bersamamu."

Kalimat itu membuatku sadar bahwa aku akan terus berkelana. Mencari tempat pemberhentian berikutnya, bertanya-tanya apa yang terjadi jika tidak ku ambil langkah itu.

















Kita semua pernah berpikir soal masa lalu dan tak banyak orang yang terjatuh di dalamnya, namun mereka terjebak di masa ini. Ilmu fisika kuantum belum bisa memfasilitasi penyesalan-penyesalan orang saat ini. Bermimpi soal mesin waktu dan perpindahan tempat. Kebangkitan dan penundaan hari akhir; pada dasarnya beberapa orang takut menunggu, termasuk aku.


Aku di sini menunggu hari-hari aku kembali bertemu ibuku dan adikku, lebih nanti ayahku dan kakakku. Tidak sama sekali aku ingin mengulang hari atau kembali ke masa dulu. Jika boleh, aku pinjam beberapa hari untuk mengucap maaf atas sikapku. Jika boleh, ku potong sebagian usiaku bagi orang tuaku, bagi kakakku. Supaya lebih panjang kasih sayang yang dirasakan oleh adik-adikku. Serta bagiku, cukuplah usiaku untuk mengetahui perpanjangan bahagia dan usia mereka. Usiaku bersama mereka dan di sanalah aku di rumah.


Taklah apa yang kuupayakan sekarang untuk kemapananku, tapi untuk kelebihan mereka. Aku miskin ambisi, hanya ingin hidup cukup. Hanya rumah tujuanku, entah nanti di Praha bersama mama, antah berantah bersamamu, atau di depan universitas ternama dunia merayakan kelulusan adikku.


Bawa aku pulang, aku memohon. Lebih baik lagi, datanglah kemari istirahat bersamaku. Memelukku dengan bajuku yang bau. Menikmati malam yang pendek pun hangat. Bisa ku bayangkan aroma masakanmu mengalahkan segala hal tak sedap yang ku bawa. Selepas itu mari berdoa, untuk rumahmu yang sedang jauh, untuk rumahku yang sedang jauh. Lalu berdoa lebih kencang supaya rumahmu dan rumahku selalu utuh.


PS: will be back to write the english version of this :)

 
 
 

Recent Posts

See All
Take me back when...

Im exhausted, oh i wish i were exaggerating. People say time will heals, but what if it doesn't? Because everyday is more and more...

 
 
 
drowning tides.

Di matamu aku bergerak, terombang ambing bersama gugusan cerah lainnya. Tetap pikiranku tertuju pada jelmaan gelap di perjalananku....

 
 
 

Comentários


© 2020 oleh HERVANIA SALMA LARASATI. 

  • Twitter
  • Instagram
bottom of page