Srr
- Vania Larasati
- May 20, 2020
- 1 min read
Updated: May 1, 2024
Tanpa mula, aku teringat tentang suatu perjalanan;
Yang mengantar kita menuju waduk seberang kota.
Lalu aku mulai membandingkan parasmu dengan sepasang langit dan bukit kembar;
Dunia seperti ada dua di air tenang.
Terik menampar kita tepat di muka; ia hanya murka.
Apa daya telapak tanganku tak mampu menepis silaumu kepada surya.
Mungkin teduhnya matamu mampu meredupkan raksasa jingga.
Seperti barisan daun yang tergantung pada musim bunga;
Menangkap gelap dan memeluknya;
Menjadi harapan bagi yang tumbuh dinaungannya.
Dedalu dan isakannya; tipis, lirih, dan tersembunyi.
Seperti itu bahagiamu mekar.
Bau potongan rumput dan tanah basah;
Dugaanku, mereka adalah wewangian yang kau selipkan di badanmu.
Pundakku ditepuk rona langit senja;
Saatnya bangun dan menghidupkan yang ada.
留言